Relung hati yang terkoyak (bagian 1 dari 4) Karya:

Hartanto 07 Oktober 2018 11:19:11 WIB

Ini kali pertama aku berjumpa dengan suamiku setelah hampir dua bulan kami tak serumah lagi. Dia masih ingat hari ini ada pertemuan rutin di rumah. Pikiranku carut marut. Antara bahagia, sedih, senang, sakit hati semua jadi satu hingga hanya mematung saja yang tubuh ini mampu lakukan. Air mata tak kuasa kubendung hingga mengalir tanpa terasa membasahi pipiku., sementara mulutku bagai terkunci oleh puluhan bahkan ratusan gembok baja.

"Assalamu'alaikum bu, apa kabar? Sehat?" Suara itu bagaikan salju, begitu dingin. Otakku hanya berputar-putar mencari kata yang telah terpenggal dan hilang entah kemana. Kutunggu mulutku sesaat untuk mengeluarkan sejurus kata emas.

"Wa"alaikum salam, yah" jawabku. Bagaimanapun juga dia masih tetap ayah dari anak-anakku. Ternyata kalimat itu yang keluar dari mulutku. "Anak-anak masih sekolah?" Kali ini aku hanya mampu menganggukkan kepala. Ujung mataku mulai memanas, pertanda butiran mutiara bening akan segera berjatuhan membasahi pipi. Akupun lekas membalikkan badan kutinggalkan dia yang masih suamiku, sendirian di ruang tamu. Bukan kamar dan kasur yang kutuju. Kuambil air wudlu, mengenakan mukena lalu  aku sholat dhuha.

Ya Alloh,, dua bulan yang lalu dia masih bersamaku, pipinya gembul, tubuh berisi, kulit kuning bersih, rambut cepak meski telah beruban. Tapi sekarang,, Masya Alloh. Apa yang telah membuatnya seperti ini? Tulang pipinya kelihatan menonjol, kurus, hitam dan rambutnya gondrong. Satu hal yang lebih menyakitkan, pakaian yang dia kenakan begitu lusuh, banyak jahitan yang nampak, mungkin karena robek lalu dia jahit sendiri. Ya, dia memang sangat rajin menjahit pakaian yang robek. Dan akupun baru ingat ketika dia pergi dari rumah ini hanya baju di badan yang dia bawa.

  1. Tersadar aku dari lamunan, kutengadahkan kepala sambil kuangkat kedua tanganku yang lemah tanpa daya, lalu kupanjatkan doa. Ya Alloh, seandainya dia memang untukku dekatkanlah dia padaku dan seandainya dia memang hukan untukku jauhkanlah dia dariku. Aku ikhlas ya Alloh. Tapi jadikan yang terbaik untuk dia. Amin.
  2. Sepenggal doa inilah yang mampu kupanjatkan. Ya, itulah doa favoritku semenjak aku mengenal dia hingga hadir mendampingi hidupku dan anak-anakku selama hampir duapuluh tahun. (bersambung)

 

Komentar atas Relung hati yang terkoyak (bagian 1 dari 4) Karya:

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License