Relung hati yang terkoyak (bagian 2)

Hartanto 08 Oktober 2018 11:20:41 WIB

"Bu, boleh aku pinjam baju?"

Aku terhenyak dari doaku

"Boleh, bajumu masih ditempat biasa" jawabku lirih.

Dibukannya almari tempat aku menata bajunya. Dia adalah pakaianku, meski dia pergi dariku, tapi belum jatuh talak antara aku dan dia. Kutatap dia saat dikenakan pakaian favoritnya. Masih tampan meski tulang pipinya agak menonjol.

Menetes air mataku, kuusap lalu kutinggalkan dia sendiri.

Satu demi satu teman2ku berdatangan. Kuharap mereka tak tahu apa yang terjadi antara aku dan suamiku, "dan takkan pernah tahu!"

Suamikupun menyusul keluar, dia tampak lebih segar dari saat dia tiba.

Dijabatnya satu persatu tangan dari teman-temanku. Tak tampak diwajahnya rona sedih, sesekali dia menjawab pertanyaan temannya. Kebanyakkan mereka bertanya tentang tubuhnya yang sekarang kurus dan hitam. Dia  hanya tersenyum.

Acara demi acara terlewati, tiba waktu makan, kulihat dia begitu lahap makan, mungkin dia kangen masakan buatanku. Dua bulan ini entah dimana dan apa yang dimakan aku tak tahu.

Waktu hampir jam satu siang, tamu2ku pun satu persatu berpamitan, hingga akhirnya suamikupun berdiri dari duduknya.

" Bu, aku pamit, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan, salam buat anak2ku".

Aku terperanjat kenapa saat seperti ini terulang kembali. Dan lagi akupun tak mampu berkata meski hanya satu kata. Tatapanku kosong, kupandangi tubuh tinggi itu hingga keluar halaman dengan motor butut favoritnya.

Tiba2 otakku terhenyak bak disengat listrik. Tidak untuk kali ini, aku harus tahu kemana suamiku pergi. Aku ambil kunci motor, helm,tas dan ku kunci pintu.

"Dik, tolong jemput adik2, mbak ada urusan sebentar, munglin agak pulang malam, ada pesanan barang yang harus mbak beli".

Kutelepon adikku. Untung saja aku masih sadar, anakku masih disekolah dan harus ada yang menjemput.

Kutancap gas motorku. Masih terlihat suamiku di ujung gang. Dia tak pernah cepat bila naik motor! Selalu hati2!

Aku tetap jaga jarak agar tidak ketahuan.

Hampir 3 km perjalanan, tapi aku belum menemukan tanda2 suamiku akan berhenti. Hingga akhirnya suamiku berbelok masuk ke sebuah gang diperkampungan yang masih agak sepi penduduk. Dan masuk ke halaman sebuah rumah sederhana. Tak ada yang menyambut. Kulihat dari jauh nampak dia masuk kerumah itu. Tak lama berselang, dia keluar dari rumah itu dengan membopong tumpukan kertas. Nampak seperti koran. Ya tumpukkan koran, apa yang akan dilakukan dengan koran2 itu?

Ditatanya dengan rapi koran2 itu diatas motor, lalu dia pergi dengan koran2 itu.

Lagi2 kuikuti dia dari kejauhan. Sesekali aku berhenti untuk menjaga jarak.

Suamiku masuk ke sebuah komplek perumahan, nampak dia berhenti di rumah palinh ujung. Diambilnya satu bendel koran lalu dilempar ke dalam lewat pintu gerbang.

Suamiku tukang loper koran! Astaga ada apa dengan dia, apa yang terjadi? Aku hanya terpaku melihat itu semua. Kutunggu dia dipinggir jalan, dekat pintu masuk komplek. Selang setengah jam,suamiku keluar dari komplek. Nampak diatas jok motor masih ada setumpuk koran.

Ini sudah jam lima sore, hari hampir gelap  dan suamiku masih berkeliling mengantar koran. Dan akupun masih setia mengikuti laju motor suamiku hingga akhirnya dia kembali pulang kerumah. Dia nampak lelah, disandarkan tubuh letihnya diatas risban, sambil memandang ke arah jalan. Aku kaget, pandangan suamiku tertuju ke arah tempatku memarkir motor. Untung  saja aku masih mengenakan masker penutup wajah dan helm, mudah2an  dia tidak mengenalku. (bersambung)

 

 

 

 

Komentar atas Relung hati yang terkoyak (bagian 2)

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License