RELUNG HATI YANG TERKOYAK (bagian 3)

Hartanto 09 Oktober 2018 09:06:30 WIB

Waktu sudah hampir isya' ketika aku sampai dirumah. Anak2ku sudah sibuk dg PR-nya masing2. Tak ada rona sedih diwajah mereka.

"Assalmu'alaikum, anak2 manis!"

"Wa'alaikumsalam, bu!"

Kucium satu persatu pipi tembem mereka. Terhapus sudah penatku seharian ini.

Anak2ku tak perlu tahu apa yang tlah kualami seharian ini. Yang mereka tahu ayahnya sedang ada pekerjaan diluar jawa, hingga sulit untuk berkomunikasi karena letaknya terpencil.

Kadang sesekali mereka menanyakan keberadaan ayahnya dengan wajah polos, dan merekapun yakin dengan jawaban yang ku berikan.

"Maafkan aku anak2ku, tapi mungkin ini yang terbaik buat kalian!"

Malam sudah pukul sembilan, kubawa tubuh lelahku berbaring diatas kasur, setelah kuantar anak2ku tidur.

Hampir satu jam aku berbaring tapi mataku enggan untuk terpejam. Pikiranku kembali melayang, mengusik hening malam.

Khayalanku kembali pada malam ini, dua bulan yang lalu.

"Bu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan!"

"Kok, serius bener, ada apa yah?"tanyaku santai.

Dihelanya nafas panjang sambil memandang langit kamar yang begitu pasrah malam itu

"Ada seseorang yang mencintaiku dan ingin aku jadi suminya!"

Sontak aku kaget, rasanya seperti disambar petir, hatiku perih dan jantungku berhenti berdetak. Sesak dada ini hingga akupun lupa untuk bernafas.

"Dan akupun menyayanginya!"

Belum sempat aku bernapas kata2 itu keluar dari mulut suamiku. Kurasakan saraf2 tubuhku tak teraliri darah, beku dan dingin. Tak satupun kata keluar dari mulutku, air matapun kering.

Malam itu benar2 membunuhku perlahan. Begitu bisu, cicak dan tokek pun takut untuk mengolokku. Bahkan jangkrik dan burung malam yang biasa bernyanyi enggan untuk bersenandung. Hanya sepoi angin menemani kebekuanku.

Entah dengan suamiku, ia nampak terpejam betul atau sekadar membisu!

Satu demi satu kususun kembali sarafku. Kuhirup udara yang mulai mengalir di otakku. Dingin yang terasa.

Perlahan kuangkat tubuhku yang lemah dari atas kasur. Kulangkahkan kakiku dengan gontai keluar kamar. Kuambil air wudhu lalu sholat tahajud.

"Ya Alloh, ujian apa yang Engkau berikan padaku, hingga tiada berdaya seperti ini!"

Lama aku larut dalam doaku hingga aku tertidur di mushola.

"Bu, bangun sudah subuh, ayo sholat!".

Aku terbangun, tanpa pikir panjang aku lalu ambil air wudhu. Terlepas dari apa yang dia ucapkan semalam, dia adalah suamiku, imamku dan surgaku.

Seperti biasa setelah sholat subuh aku menyiapkan sarapan buat keluargaku.

"Bu, aku pamit, titip dan jaga anak2!"

Kupalingkan wajahku ke arah suamiku, tak sanggup kutatap wajahnya. Dia pun berlalu dari hadapanku dengan langkah pasti. Detik itu yak hanya masakanku yang hambar, begitupun hidupku.

 

Komentar atas RELUNG HATI YANG TERKOYAK (bagian 3)

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License