RELUNG HATI YANG TERKOYAK (bagian 4 tamat)

Hartanto 10 Oktober 2018 08:24:45 WIB

Hari ini ku tak mau hidupku terasa hambar lagi. Kuputuskan setelah mengantar anak2ku sekolah aku akan menghampiri suamiku.

Kuuntai keberanianku untuk berjumpa dengannya. Demi anak2 dan keluargaku.

Hampir jam 9 pagi aku sampai dirumah suamiku. Pintu rumah tertutup rapat tak ada tanda2 orang di dalam rumah. Sepotong sendal atau sepatupun tak tampak berserak di depan pintu, sepi dan kosong.....

"Maaf bu, permisi mau tanya, dimana ya pemilik rumah ini?"

"Ooooo...mas Hari!"

"Iya bu! Sambil kuanggukan kepalaku. Ibu ini nampaknya sudah akrab dengan suamiku, orangnya memang supel, mudah akrab dengan siapa saja.

"Jam segini belum pulang bu! Masih keliling ngantar koran!"

"Istrinya?" Aku memberanikan diri untuk bertanya keberadaan istri suamiku, meski hatiku rasanya ingin menangis.

Ibu itu tertawa, sambil menepuk pundakku.

"Ooalah, kasihan mas Hari, dia tinggal sendiri disini, nggak ada keluarga apalagi istri!"

"Ditunggu saja bu, di teras, sebentar lagi pasti pulang!"

Kenapa  ibu itu tertawa pikirku, bukankah suamiku pergi untuk menikah dengan wanita lain? Lalu dimana wanita itu? Dan seandainya saja, ibu itu tahu, akulah istrinya. Ahh.

Benar saja kata ibu itu, selang setengah jam, motor butut itu memasuki halaman rumah, membawa suamiku pulang. Dia tampak santai, dari dulu dia tak pernah menunjukkan raut wajah sedih gelisah ataupun ceria ketika menghadapu sesuatu. Begitu datar.....

"Assalamu'alaikum !"

"Waalaikumsalam!" Jawabku lirih

"Sudah lama menunggu?"

"Baru sebentar!"

Dibukanya pintu tua itu

"Ayo masuk tak usah sungkan, kau kan istriku....!"

Aah begitu sejuk, mendengarnya, seperti minum es kelapa muda diterik matahari.

Selembar sarung, satu bantal dan tikar mengalasi lantai. Sederhana tapi bersih dan rapi. Aku tak kuasa, butiran air mata mulai berlomba untuk keluar. Kutahan segera dengan jari telunjukku. Tak sanggup mulutku mengeluarkan kata2 hingga akhirnya.....

"Kenapa kemarin tak masuk ke rumah saja?"

Kemarin? Aku kaget! Berarti dia tau kalau aku mengikuti dia sepanjang hari!

"Kita sama2 tak punya keberanian, ya seperti inilah akhirnya!"

"Kenapa jadi loper koran, apakah gajimu tidak cukup untuk menghidupi keluargamu?"

"Ha ha ha...."

"Kenapa tertawa?"

"Kebutuhan hidupku terlalu banyak, berapa gaji seorang pesuruh, kamu sendiri tau itu!"

"Bukankah dulu lauk tempe pun bahagia?"tanyaku

"Bersyukurlah jadi orang seperti kamu, tak banyak menuntut!"

Aku tertegun, untuk mencukupi kebutuhan hidup aku memang usaha kecil2an, menerima pesanan snack dan nasi box. Alhamdulilah cukup membantu keuangan rumah tanggaku.

Kukumpulkan kembali keberanianku untuk bertanya.

"Dimana istrimu?"

Taka ada jawaban dari mulut suamiku. Suasanapun kembali hening.

"Aku dan anak2 masih menunggumu dirumah! Aku dan anak2 masih sayang seperti dulu!"

"Mereka selalu bertanya kapan ayah pulang?"

"Kami akan menerima dengan lapang dada!"

"Mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi antara ayah dan ibunya, dan tidak akan pernah tahu!"

"Kumohon pulanglah...!"

"Aku masih tetap istrimu!"

"Dan jika kau berkeputusan lain aku akan ikhlas menerimanya...!"

Tak sepatah katapun keluar dari mulut suamiku, tampak matanya berkaca2 dan memerah, aku pura2 tak tahu.

"Aku pamit yah, aku harus jemput anak2!"

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Kulangkah kan kakiku keluar dari rumah itu, dengan harapan pasti. Bahwa kami akan berkumpul kembali.

Hingga akhirnya...

"Bu, ibu neng ndi je?"

Suara anakku yang kecil membuyarkan rangkaian ceritaku....

Dan kulihat suamiku masih tertidur pulas berselimutkan sarung dan beralas tikar.

Alhamdulilah hanya mimpi.

Mari kita jaga keuarga kita, agar sakinah mawadah wa rohmah hingga akhir hayat! Aamiin

Endingnya, masuklah dalam mimpi itu dan ukir cerita manis yang anda harapkan!

Komentar atas RELUNG HATI YANG TERKOYAK (bagian 4 tamat)

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License